ORGANISASI & BUDAYA ORGANISASI
1) Resume dasar-dasar pengorganisasian & apa inti dari organizing itu sendiri ?
Organisasi merupakan naungan dimana sumber daya, kerjasama antar sumber daya diorientasikan melalui mekanisme tertentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Mekanisme agar kerjasama antar sumber daya mencapai efektifitas dan efisiensi itulah yang disebut pengorganisasian. Dengan demikian, Organisasi ialah wadah atau tempat dimana pengorganisasian dilakukan. Wadah dimaksudkan secara luas,yaitu, titik sama yang memasukan berbagai individu ke dalam kesatuan. Tanpa organisasi tidak mungkin ada pengorganisasian, pengorganisasian ada di dalam organisasi.
Sepintas pengorganisasian adalah biasa dan lumrah dibicarakan. Yang tidak biasa adalah kenyataan sukarnya kualitas sempurna pengorganisasian dicapai. Hal tersebut, karena salah satu unsur yang termasuk sumber daya tidak lain manusia bahkan manusia dalam keberadaannya sangat vital. Unsur manusia jugalah penyebab kalang kabutnya kondisi negara kita dimana sebagian orang berteriak keras " Ubah sistem ..ubah sistem ". Apa yakin dengan merubah sistem itu efisien? dan kalau pun sistemnya dirubah, manusia jualah yang menjalankan. Sayangnya yang berjuluk manusia itu rakus sebagaimana ilmu ekonomi menyebut homo economicus. Kerakusan yang menjadi penyebab inti bekerjasama di dominasi kepentingan pribadi. Berbeda dengan ilmu ekonomi, manusia dijuluki ilmu manajemen sebagai homo oeconomicus yang senang bekerjasama. Kiranya dieklektikan, optimalisasi kualitas pengorganisasian dapat kita tempuh dengan cara mengelola manusia rakus sedemikian rupa hingga bekerjasama mencapai tujuan yang ditetapkan.
Terdapat beberapa prinsip penting saat kita melakukan pengorganisasian. Prinsip-prinsip tersebut, tidak lain : tujuan yang tegas dan jelas, departementasi, pembagian tugas pekerjaan, adanya koordinasi, kesatuan komando, delegasi wewenang, luas jenjang pengawasan yang jelas, seimbang dan fleksibel. Keseimbangan antar prinsip digunakan sebagai pedoman pengorganisasian berbasis tujuan yang hendak dicapai. Pembicaraan tentang pengorganisasian pun tidak luput dari 5 unsur dalam mengkonstruksi organisasi,yaitu: struktur organisasi, tugas, orang, keputusan dan imbalan, situasi informal dan budaya. Kecocokan diantara 5 unsur demikian sangat diperlukan agar saling memperkuat dan menopang konsistensi. Setiap unsur konstruksi organisasi diserap kuat kualitas sempurna prinsip-prinsip pengorganisasian. Dengan demikian keberadaan organisasi menjadi patut dipertimbangkan oleh organisasi lain. Kualitas sempurna pengorganisasian merupakan sebuah dimensi penopang kehebatan organisasi.
2) Berikan contoh struktur organisasi, masing-masing satu dan jelaskan maksudnya !
Dengan melakukan pemilihan serta penentuan struktur organisasi yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam perusahaan maka pencapaian tujuan perusahaan akan lebih terarah. Selain itu dengan struktur organisasi yang jelas dan baik maka akan dapat diketahui sampai dimana wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan aktivitas usahanya, PT. TIFICO Tbk menerapkan struktur organisasi fungsional dimana organisasi menurut fungsi menyatukan semua orang yang terlibat dalam satu aktivitas yang disebut fungsi dalam satu group. PT. TIFICIO Tbk mempunyai empat group yaitu group administrasi (Administrasi Group), group produksi (Production Group), group machinery (Machinery Group), ISO 9002 & 14000 Project.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari elemen organisasi pada PT. TIFICO Tbk secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut :
•General Manager Manufacturing (GMM)
Memimpin perusahaan dan bertanggung jawab terhadap seluruh kelangsungan hidup perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, GMM dibantu oleh empat divisi.
•Division.
Memimpin group dan bertanggung jawab atas beberapa departemen yang ada di bawahnya. Ada empat group dalam struktur organisasi PT. TIFICO Tbk, yaitu : group administrasi, group produksi, group machinery, dan ISO 9002 & 14000 Project
Safety and Environmental Control Departement.
Departemen ini bertugas memberikan pembinaan mengenai keselamatan kerja karyawan, membuat standar pakaian dan alat kerja sehingga dalam bekerja karyawan mendapatkan jaminan keselamatan dan apabila terjadi kecelakaan perusahaan akan bertanggung jawab, sepenuhnya dengan catatan ketika kecelakaan terjadi karyawan telah memakai pakaian dan alat keselamatan kerja sesuai standar perusahaan. Bertanggung Jawab atas keberlangsung kondisi lingkungan hidup akibat dampak dari aktivitas produksi perusahaan. Berkaitan dengan hal itu maka departemen ini mengawasi dan mencegah terjadinya polusi dan pecemaran, mengatur gas buang, mengolahan limbah dan emisi.
•General Affair Departement adalah bagian umum yang bertanggung jawab atas :
1) Penyediaan sarana pakaian dan alat keselamatan kerja seperti sabuk pengaman (
safety belt ), topi ( helmet ), baju ( uniform ), sepatu anti setrum.
2) Menyediakan dan memelihara fasilitas kantin, Mushola, poliklinik, apotik, asrama, dan
perumahaan ( dormitory and mess) karyawan.
3) Menentukan rumah sakit, dokter, apotek yang ditunjuk untuk pelayanan karyawan dan
keluarganya.
4) Penyedian alat-alat tenaga kerja.
5) Pengawasan kesehatan karyawan.
6) Penyediaan air minum.
7) Penyediaan sarana transportasi antar jemput karyawan.
8) Serta fungsi sebagai humas, misalnya masalah eksternal perusahaan menangani
jamsostek, menentukan Rumah Sakit yang dituju.
•Personalia Departement
Departement personalia bertanggung jawab atas ketenagakerjaan mulai dari rekruitment karyawan, penggajian, kenaikan jabatan (promosi), penilaian prestasi kerja, penghargaan karyawan secara langsung maupun tidak langsung, pengadaan keamanan (security) perusahaan.
•Accounting Departememt
Bertanggung jawab terhadap masalah keuangan, adapun untuk mengaudit keuangan perusahaan dilakukan oleh tim audit dari luar perusahaan.
3) Apakah semua struktur cocok untuk semua organisasi ?
Bedakan desain struktur yang satu dengan yang lain!
Ada beberapa jenis struktur organisasi dan perusahaan harus memilih mana yang terbaik sesuai dengan kebutuhannya.
-Struktur Tradisional
Struktur ini berdasarkan fungsi divisi dan departemen. Ini adalah jenis struktur yang mengikuti aturan dan prosedur organisasi. Dicirikan dengan memberikan garis otoritas yang jelas di seluruh level manajemen. Jenis struktur dibawah struktur tradisional adalah :
-Struktur Lini
Adalah jenis struktur yang memiliki lini perintah yang sangat spesifik. Persetujuan dan perintah dari jenis struktur ini berasal dari atas ke lini yang bawah. Struktur ini sesuai untuk organisasi yang kecil seperti kantor akunting atau kantor hukum. Jenis struktur seperti ini memudahkan pengambilan keputusan, dan bersifat informatif. Mereka memiliki departemen yang lebih sedikit, yang membuat seluruh organisasi sangat desentralisasi.
-Struktur Lini dan Staff
Meskipun struktur lini sesuai untuk kebanyakan organisasi, khususnya organisasi yang kecil, tapi tidak efektif untuk organisasi yang lebih besar. Dimana struktur organisasi lini dan staff memainkan perannya. Lini dan struktur menggabungkan struktur lini dimana informasi dan persetujuan berasal dari atas ke bawah, dengan dukungan dan spesialisasi staf departemen. Stuktur organisasi lini dan staff lebih terpusat. Manajer lini dan staff memiliki otoritas pada bawahannya. Pada jenis stuktur organiasai ini, proses pengambilan keputusan menjadi lebih lambat karena lapisan dan panduan yang tipikal, dan jangan melupakan formalitas didalamnya.
-Struktur fungsional
Jenis struktur organisasi ini mengelompokkan orang berdasarkan fungsi yang mereka lakukan dalam kehidupan profesional atau menurut fungsi yang dilakukan dalam organisasi. Bagan organisasi untuk organisasi berbasis fungsional terdiri dari Vice President, Sales department, Customer Service Department, Engineering atau departemen produksi, departemen Akunting dan Administratif .
4) Apa yang anda ketahui tentang budaya organisasi ?
Pengertian Budaya Organisasi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
Sumber-sumber Budaya Organisasi
Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan - keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.
Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku karyawan.
Ciri-ciri Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan
mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan,
analisis dan perhatian terhadap detail.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan
proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).
Tipologi Budaya
Menurut Sonnenfeld dari Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe budaya organisasi :
1. Akademi
Perusahaan suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pelatihan istimewa, dan kemudian mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang khusus. Perusahaan lebih menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah.
2. Kelab
Perusahaan lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan memberi nilai tinggi pada karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem organisasi. Perusahaan juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen yang tinggi serta mengutamakan kerja sama tim.
3. Tim Bisbol
Perusahaan berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator, perusahaan juga berorientasi pada hasil yang dicapai oleh karyawan, perusahaan juga lebih menyukai karyawan yang agresif. Perusahaan cenderung untuk mencari orang-orang berbakat dari segala usia dan pengalaman, perusahaan juga menawarkan insentif finansial yang sangat
besar dan kebebasan besar bagi mereka yang sangat berprestasi.
4. Benteng
Perusahaan condong untuk mempertahankan budaya yang sudah baik. Menurut Sonnenfield banyak perusahaan tidak dapat dengan rapi dikategorikan dalam salah satu dari empat kategori karena merek memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan berada dalam masa peralihan.
PELAPUKAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA
STRUKTUR EKONOMI INDONESIA
Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominant atau yang diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi ciri khas dari suatu perekonomian.
Dimaksudkan dengan sektor ekonomi yang dominan atau yang diandalkan adalah sektor ekonomi yang menjadi sumber mata pencaharian sebagian terbesar penduduk serta menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar.
Sektor ekonomi yang dominan dapat berarti sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam terhadap produk nasional dengan laju pertumbuhan yang tinggi, yang menjadi ciri khas dari suatu perekonomian.
Dikenal 2 macam struktur ekonomi di Indonesia, yaitu :
1. Struktur Agraris, adalah struktur ekonomi didominasi oleh sektor pertanian.
Pada umumnya Negara-negara berkembang ( developing countries ) termasuk Indonesia disebut Negara agraris & Negara-negara yang termasuk Negara- negara belum berkembang ( under developed countries ) yang pertaniannya masih sangat tradisional dikategorikan Negara agraris tradisional.
2. Industri, dimana struktur ekonomi didominasi oleh sektor industri.
Struktur ekonomi sebuah Negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam hal ini, struktur ekonomi dapat dilihat setidak-tidaknya berdasarkan 4 macam sudut tinjauan, yaitu :
1. Tinjauan Makro – Sektoral
Dimana suatu perekonomian dapat dikatakan berstruktur agraris, industrial, ataupun niaga tergantung pada sektor produksi apa / mana yang menjadi tulang punggung perekonomian tsb.
2. Tinjauan Keruangan
Suatu perekonomian yang dinyatakan berstruktur kedesaan / tradisional atau berstruktur kekotaan / modern, tergantung pada teknologi tradisional atau modern yang mewarnai keehidupan perekonomian tsb.
3. Tinjauan Penyelenggaraan Kenegaraan
Perekonomian berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis. Predikat struktur ini tergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam perekonomian yang bersangkutan, apakah Pemerinta / Negara, atau rakyat kebanyakan, atau kalangan pemodal & usahawan ( kapitalis ).
4. Tinjauan Birokrasi Pengambilan Keputusan
Membedakan struktur ekonomi yang sentralistis dan desentralistis.
♦ Dimana Tinjauan ( 1 ) dan ( 2 ) adalah Tinjauan Ekonomi Murni, sedangkan Tinjauan ( 3 ) dan ( 4 ) adalah Tinjauan Politik.
Tinjauan Makro - Sektoral
Dilihat secara makro – sektoral, dimana perekonomian Indonesia yang hingga tahun 1990 masih agraris, kini sudah berstruktur industrial. Sumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDB yang pada tahun 1969 masih 46,9 % menjadi hanya tinggal 17,6 % pada tahun 1993. Di lain pihak, sektor industri pengolahan ( manufacturing ) meningkat dari 8,3 % menjadi 21,1 % untuk kurun waktu yang sama.
Sampai dengan tahun 1992, sebagian rakyat Indonesia ( 53,69 % dari penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja ) masih menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sementara sektor Industri pengolahan hanya menyerap 10,51 % tenaga kerja.
Jadi, ditinjau secara makro – sektoral, struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih dualistis ( sesuai dengan tesis Boeke, ekonom Belanda yang pernah menyatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis ). Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Indonesia masih pada sektor pertanian ( agraris ), tetapi penyumbang utama pendapatan nasional adalah sektor manufacturing ( industrial ). Semua itu berarti bahwa secara makro – sektoral, ekonomi Indonesia baru bergeser dari struktur agraris ke struktur industrial.
Tinjauan Lain
Ditilik dari kacamata spasial, perekonomian telah bergeser dari struktur kedesaan / tradisional menjadi struktur kekotaan / modern. Kemajuan perekonomian di kota – kota jauh lebih pesat daripada di desa – desa. Hal ini bukan semata – mata dikarenakan oleh adanya urbanisasi, tetapi juga mekar dan berkembangnya kota – kota.
Sejak awal Orde Baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-an perekonomian Indonesia berstruktur etatis. Pemerintah / Negara dengan BUMN – BUMN dan BUMD – BUMD merupakan pelaku utama ekonomi. Melalui GBHN 1983 / Pelita IV, Pemerintah mengundang kalangn swasta untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional. Arahnya, adalah ke perekonomian yang berstruktur borjuis, belum mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawan yang dapat cepat menanggapi “undangan” pemerinta tsb.
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya, mengatakan bahwa struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah sentralistis. Pembuatan keputusan ( decision making ) lebih banyak ditetapkan oleh pemerintahan pusat.
Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur yang transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial, dari etatis ke borjuis, dari struktur tradisional ke modern, dan juga mulai desentralisasi.
Sumber : Dumairy, 1996 : Perekonomian Indonesia, Yogyakarta, Erlangga.
STUDI KASUS
Pelapukan Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi yang kokoh setidaknya ditopang dua fondasi yang kuat.
Pertama, pada level mikro, relasi antarpelaku ekonomi berpadu padan dalam interaksi yang sejajar sehingga nisbah ekonomi dibagi secara proporsional sesuai dengan pengorbanan yang dipikul. Jika pelaku ekonomi yang memikul ongkos terbesar mendapat nisbah paling kecil, itu menandakan terbentuknya struktur ekonomi yang tidak sehat.
Kedua, pada level makro, sektor ekonomi yang terkait langsung kegiatan produksi yang dapat diperjualbelikan (tradeable sector) seyogianya menjadi lokomotif kegiatan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi lebih banyak disokong sektor ekonomi yang tidak menghasilkan pertambahan produksi yang dapat diperdagangkan, maka struktur ekonomi itu juga sudah lapuk. Celakanya, kinerja ekonomi yang mengilap sering tidak selalu beralas struktur ekonomi yang liat.
Kesepakatan yang mematikan
Sistem ekonomi pasar dianggap superior karena diandaikan memiliki mekanisme lengkap untuk memfasilitasi kesepakatan (arrangements) antarpelaku ekonomi, baik dalam konteks kompetisi (competition) maupun kerja sama (co-operation). Namun, kesepakatan yang dibuat berdasarkan tata kerja mekanisme pasar itu abai dalam identifikasi kekuatan antarpelaku ekonomi. Kesepakatan di antara pelaku ekonomi yang memiliki posisi tawar sepadan tentu akan menghasilkan kontrak ideal. Sebaliknya, kesepakatan yang berdiri di atas ketidakseimbangan kekuatan antarpelaku ekonomi pasti menghasilkan kontrak yang pincang. Di sinilah persoalan pada level mikro bermula. Dalam realitasnya, pertemuan antarpelaku ekonomi lebih banyak berlangsung dalam situasi kekuasaan antarpelaku yang timpang. Implikasinya, seluruh pergerakan kegiatan ekonomi terkonsentrasi pada pelaku ekonomi yang kuat.
Situasi itulah yang menjadi potret ekonomi Indonesia di mana asimetri kesepakatan meluas dalam setiap kegiatan ekonomi sehari-hari. Di sektor pertanian, petani yang menghasilkan produksi bahan mentah selalu dalam posisi marjinal berhadapan dengan tengkulak, rentenir, agen, pedagang, perusahaan pengolah, dan lainnya. Di sektor industri, pelaku ekonomi yang menyediakan input (misalnya usaha kecil) bagi perusahaan manufaktur selalu tergelincir dalam skema kontrak mematikan. Di sektor jasa, aktor sektor informal sering harus minggir karena lahannya hendak disedekahkan kepada usaha perdagangan skala besar.
Itulah yang menyebabkan nilai tukar petani (NTP) sulit melonjak, pelaku usaha kecil sulit “naik kelas”, dan aktor sektor informal tidak bisa melakukan mobilitas vertikal. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi hanya pantulan bagi pelaku ekonomi di sektor hilir, entah itu pedagang, industri pengolah, atau sektor formal.
Prinsip nilai tambah
Perangkap yang sering menjebak para pengelola negara adalah kesilapannya mengejar nilai akhir kegiatan/transaksi ekonomi dengan mengabaikan prinsip nilai tambah. Secara teoretis, jika proses nilai tambah menjadi penopang aktivitas ekonomi, nilai akhir kegiatan ekonomi itu berpotensi besar. Namun, dalam banyak hal, hasil besar dari aktivitas ekonomi bisa dicapai tanpa bersandarkan kaidah nilai tambah. Misalnya, pemanfaatan lahan pertanian bagi kegiatan permukiman (real estat) pasti akan menghasilkan nilai akhir ekonomi lebih besar, setidaknya dalam jangka pendek. Lainnya, sektor keuangan yang memetik laba dari permainan valuta asing atau transaksi derivatif menjanjikan hasil yang lebih banyak ketimbang meraup profit dari penyaluran kredit ke sektor industri/pertanian. Kedua contoh itu merupakan sampel fakta perolehan hasil akhir kegiatan ekonomi (yang besar) dengan mengabaikan prinsip nilai tambah. Jebakan itulah yang diamalkan penyelenggara negara yang memegang portofolio ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi di sektor tradeable kian mengerut dari waktu ke waktu dibandingkan pertumbuhan ekonomi di sektor nontradeable. Tingkat pertumbuhan sektor pertanian, industri, dan pertambangan (tradeable sector) kian tertinggal daripada sektor telekomunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, serta jasa (nontradeable) sehingga ketimpangan tingkat pertumbuhan di antara kedua sektor itu kian menganga. Pola pembangunan ekonomi seperti ini menimbulkan banyak komplikasi masalah, seperti laju penyerapan tenaga kerja yang lambat, munculnya fenomena informalisasi ekonomi, keterkaitan antarsektor ekonomi yang lemah, dan intensitas disparitas pendapatan yang kian meningkat. Ironisnya, seluruh masalah ekonomi multikompleks itu terjadi di Indonesia di tengah perolehan pertumbuhan ekonomi yang bagus.
Menghadapi dua struktur ekonomi (level mikro dan makro) yang rapuh itu tentu dibutuhkan aneka kebijakan yang kredibel. Pada level mikro, kesepakatan antarpelaku ekonomi tidak boleh dibiarkan berjalan hanya melalui instrumen pasar, khususnya dalam kegiatan ekonomi yang diidentifikasi terdapat asimetri kekuatan antarpelaku ekonomi. Kebijakan semacam penetapan harga pokok/dasar dan penentuan upah minimum sebaiknya diperluas ke sektor atau kegiatan ekonomi yang pelakunya dalam posisi tidak setara. Pada level makro, afirmasi kebijakan harus diorientasikan kepada aktivitas ekonomi yang bertujuan meningkatkan produksi dan nilai tambah. Seluruh aktivitas ekonomi diarahkan untuk menjalani proses itu sehingga nilai akhir kegiatan ekonomi merupakan agregasi penciptaan produksi dan nilai tambah itu. Dengan jalan ini, kegiatan yang hanya berfokus pada spekulasi dan menimbulkan buih ekonomi dapat diredam.
Ahmad Erani Yustika Direktur Eksekutif Indef; Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya
Sumber: Kompas
TIPE KEPEMIMPINAN
1. Tipe pemimpin demokratis
Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
a) Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
b) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c) Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
d) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap dialah yang paling benar.
e) Selalu bergantung pada kekuasaan formal
f) Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.
2. Tipe kepemimpinan militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a) Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
b) Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c) Sonang kepada formalitas yang berlebihan
d) Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e) Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3. Tipe pemimpin fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b) Bersikap terlalu melindungi bawahan
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.
e) Sering menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4. Tipe kepemimpinan karismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.
3. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
5. Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
PEMROGRAMAN LINEAR METODE GRAFIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Operational research (riset operasi) merupakan penerapan beberapa metode ilmiah yang membantu memecahkan permasalahan rumit yang muncul dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian diintepretasikan kedalam permodelan matematis guna mendapatkan informasi solusi yang optimal. Operational research juga banyak digunakan untuk mengambil keputusan yang logis serta dapat dijelaskan secara kuantitatif. Pendekatan khusus ini bertujuan membentuk suatu metode ilmiah dari sistem menggabungkan ukuran-ukuran faktor-faktor seperti kesempatan dan risiko, untuk meramalkan dan membandingkan hasil-hasil dari beberapa keputusan, strategi atau pengawasan.
Karena keputusan dalam riset operasi dapat berkaitan dengan biaya relevan, dimana semua biaya yang terkaitan dengan keputusan itu harus dimasukkan, kualitas baik dipengaruhi oleh desain produk atau cara produk dibuat, kehandalan dalam suplai barang dan jasa, kemampuan operasi untuk membuat perubahan dalam desain produk atau kapasitas produksi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi.
Hubungan operational research (riset operasi) dengan progam linier secara umum adalah program linier merupakan salah satu teknik menyelesaikan riset operasi, dalam hal ini adalah khusus menyelesaikan masalah-masalah optimasi (memaksimalkan atau memininumkan) tetapi hanya terbatas pada masalah-masalah yang dapat diubah menjadi fungsi linear.
Secara khusus, persoalan program linear merupakan suatu persoalan untuk menentukan besarnya masing-masing nilai variabel sehingga nilai fungsi tujuan atau objektif yang linear menjadi optimum (memaksimalkan atau meminimumkan) dengan memperhatikan adanya kendala yang ada, yaitu kendala yang harus dinyatakan dalam bentuk ketidaksamaan yang linear.
Banyak sekali keputusan utama dihadapi oleh seorang manajer perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan batasan situasi lingkungan operasi. Pembatasan tersebut meliputi sumberdaya misalnya waktu, tenaga kerja, energi, bahan baku, atau uang. Secara umum, tujuan umum perusahaan yang paling sering terjadi adalah sedapat mungkin memaksimalkan laba. Tujuan dari unit organisasi lain yang merupakan bagian dari suatu organisasi biasanya meminimalkan biaya. Saat manajer berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan mencari tujuan yang dibatasi oleh batasan tertentu, teknik sains manajemen berupa program linear sering digunakan untuk permasalahan ini.
Linear programming sebetulnya sudah lahir pada tahun 1939 oleh seorang ahli matematika Rusia bernama L. V. Kantorovich dengan metode yang terbatas. Akan tetapi, di Rusia ide ini tidak berkembang. Kemudian, pada tahun 1947 seorang ahli matematika dari Amerika Serikat yaitu George B. Dantzig mengembangkan dan menemukan cara memecahkan pemrograman linear tersebut dengan “metode simpleks” (Supranto,1983). Pada saat memimpin Air Force Statistical Control's Combat Analysis Branch di Pentagon. Pada saat Dentzig menganalisis masalah perencanaan Air Force, dia menyadari merumuskan sistem ketidaksamaan linear, hal di atas merupakan awal pemberian nama untuk teknik "program dalam struktur linear", yang belakangan disederhanakan menjadi program linear.
Terdapat tiga tahap dalam penggunaan teknik program linear. Pertama, masalah harus dapat diidentifikasi sebagai sesuatu yang dapat diselesaikan dengan program linear. kedua, masalah uang tidak tersturktur harus dapat dirumuskan dalam model matematika, sehingga menjadi terstruktur. Ketiga, model harus diselesaikan dengan teknik matematika yang telah dibuat. Teknik program linear menggambarkan bahwa hubungan fungsi linear dalam model matematika yang penyelesaiannya telah ditetapkan dalam langkah-langkah matematika yang disebut program. Sehingga, program linear merupakan model yang terdiri dari hubungan linear yang menggambarkan keputusan perusahaan dengan suatu tujuan dan batasan sumberdaya. Maka, model program linear terdiri dari variabel keputusan, fungsi tujuan dan batasan-batasan.
B. TUJUAN PENULISAN
Agar mahasiswa dapat lebih memahami mengenai pemprograman linear dan aplikasi dari teori pemprograman linear tersebut. Dan diharapkan pula informasi ini dapat menjadi acuan dalam pembelajaran materi pemprograman linear.
C. RUMUSAN MASALAH
Adapun makalah ini disusun dengan rumusan masalah sebagai berikut :
• Apakah yang dimaksud dengan Linear Programming ?
• Apa sajakah komponen model dari program linear ?
• Apa saja yang menjadi asumsi dasar program linear ?
• Apa yang menjadi fungsi dasar dari program linear metode grafik ?
• Bagaimana contoh soal dan penyelesaian fungsi maksimalisasi keuntungan dan minimalisasi biaya ?
• Bagaimana suatu perusahaan mengaplikasikan program linear dalam rangka mengendalikan biaya produksinya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMROGRAMAN LINEAR
Program linear adalah suatu cara matematis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengalokasian sumberdaya yang terbatas untuk mencapai optimasi, yaitu memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan yang bergabung pada sejumlah variabel input. Penerapan program linear banyak diterapkan dalam masalah ekonomi, industri, sosial dan lain-lainnya, misalnya periklanan, industri manufaktur (penggunaan tenagakerja kapasitas produksi dan mesin), distribusi dan pengangkutan, dan perbankan (portofolio investasi). Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu kasus dalam dunia nyata sebagai model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi tujuan linear dengan beberapa kendala linear.
Pemrograman linear merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Pemrograman linear banyak diterapkan dalam masalah ekonomi, industri, militer, sosial dan lain-lain. Pemrograman linear berkaitan dengan penjelasan suatu kasus dalam dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi tujuan linear dengan beberapa kendala linear.
Pemrograman linear meliputi perencanaan aktivitas untuk mendapatkan hasil optimal, yaitu sebuah hasil yang mencapai tujuan terbaik (menurut model matematika) diantara semua kemungkinan alternatif yang ada.
B. FORMULASI MODEL
Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruangan atau teknologi. Tugas analis adalah mencapai hasil terbaik yang mungkin dengan keterbatasan sumber daya ini. Hasil yang diinginkan mungkin ditunjukkan sebagai maksimasi dari beberapa ukuran seperti profit, penjualan dan kesejahteraan, atau minimasi seperti biaya, waktu dan jarak.
Setelah masalah diidentifikasikan, tujuan diterapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model matematik yang meliputi tiga tahap :
1. Menentukan variabel yang tak diketahui (variabel keputusan) dan menyatakan dalam simbol matematik.
2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier (bukan perkalian) dari variabel keputusan.
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan dan pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah itu.
Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek.
C. ASUMSI-ASUMSI DASAR PROGRAM LINEAR
Asumsi-asumsi dasar atau Karakteristik Pemrograman Linear adalah sebagai berikut:
• Sifat linearitas suatu kasus dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa cara. Secara statistik, cara ini dapat diperiksa kelinearan menggunakan grafik (diagram pencar).
• Sifat proporsional dipenuhi jika kontribusi setiap variabel pada fungsi tujuan atau penggunaan sumber daya yang membatasi proporsional terhadap level nilai variabel. Jika harga per unit produk misalnya adalah sama berapapun jumlah yang dibeli, maka sifat proporsional dipenuhi. Atau dengan kata lain, jika pembelian dalam jumlah besar mendapatkan diskon, maka sifat proporsional tidak dipenuhi. Jika penggunaan sumber daya per unitnya tergantung dari jumlah yang diproduksi, maka sifat proporsionalitas tidak dipenuhi.
• Sifat aditivitas mengasumsikan bahwa tidak ada bentuk perkalian silang di antara berbagai aktivitas, sehingga tidak akan ditemukan bentuk perkalian silang pada model. Sifat aditivitas berlaku baik bagi fungsi tujuan maupun pembatas (kendala). Sifat aditivitas dipenuhi jika fungsi tujuan merupakan penambahan langsung kontribusi masing-masing variabel keputusan.
• Sifat divisibilitas berarti unit aktivitas dapat dibagi ke dalam sembarang level fraksional, sehingga nilai variabel keputusan non integer dimungkinkan.
• Sifat kepastian menunjukkan bahwa semua parameter model berupa konstan. Artinya koefisien fungsi tujuan maupun fungsi pembatas merupakan suatu nilai pasti, bukan merupakan nilai dengan peluang tertentu.
D. MODEL PEMROGRAMAN LINEAR
Terdapat dua fungsi dalam program linear metode grafik, yaitu fungsi maksimisasi dan fungsi minimisasi.
1. Fungsi Tujuan Maksimisasi
Sebagai contoh dalam memformulasikan permasalahan, berikut ini akan dibahas perusahaan Krisna Furniture yang akan membuat meja dan kursi. Keuntungan yang diperoleh dari satu unit meja adalah $7.00 sedang keuntungan yang diperoleh dari satu unit kursi adalah $5.00.
Namun untuk meraih keuntungan tersebut Krisna Furniture menghadapi kendala keterbatasan jam kerja. Untuk pembuatan 1 unit meja dia memerlukan 4 jam kerja. Untuk pembuatan 1 unit kursi dia membutuhkan 3 jam kerja. Untuk pengecatan 1 unit meja dibutuhkan 2 jam kerja, dan untuk pengecatan 1 unit kursi dibutuhkan 1 jam kerja. Jumlah jam kerja yang tersedia untuk pembuatan meja dan kursi adalah 240 jam per minggu sedang jumlah jam kerja untuk pengecatan adalah 100 jam per minggu. Berapa jumlah meja dan kursi yang sebaiknya diproduksi agar keuntungan perusahaan maksimum?
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan profit. Sedangkan kendala perusahaan tersebut adalah terbatasnya waktu yang tersedia untuk pembuatan dan pengecatan. Apabila permasalahan tersebut diringkas dalam satu tabel akan tampak sebagai berikut:
Jam Kerja Untuk Membuat 1 Unit Produk Total Waktu Tersedia Per Minggu
Meja Kursi
Pembuatan 4 2 240
Pengecatan 2 1 100
Profit Per Unit 7 5
Mengingat produk yang akan dihasilkan adalah meja dan kursi, maka dalam rangka memaksimumkan profit, perusahaan harus memutuskan berapa jumlah meja dan kursi yang sebaiknya diproduksi. Dengan demikian dalam kasus ini, yang merupakan variabel keputusan adalah meja (X1) dan kursi (X2).
Setelah kita mendefinisikan variabel keputusan, maka langkah selanjutnya adalah menuliskan secara matematis fungsi tujuan dan fungsi kendala.
1. Fungsi Tujuan
Tujuan perusahaan adalah maksimisasi keuntungan, sehingga kita dapat menuliskan fungsi tujuan sebagai berikut :
Atau secara matematis dapat dituliskan :
Maksimisasi Z = $7X1 + $5X2
2. Fungsi kendala
Berkaitan dengan sumber daya yang digunakan, perusahaan tidak bisa memperkirakan secara tepat kebutuhan sumber daya yang digunakan untuk mencapai keuntungan tertentu. Biasanya perusahaan menyediakan sumber daya tertentu yang merupakan kebutuhan minimum atau maksimum. Kondisi seperti ini secara matematis diungkapkan dengan pertidaksamaan.
Kendala yang pertama adalah waktu yang tersedia di departemen pembuatan. Total waktu yang diperlukan untuk pembuatan X1 (meja) dimana untuk membuat satu unit meja diperlukan waktu 4 jam kerja dan untuk pembuatan X2 (kursi) dimana untuk membuat satu unit kursi diperlukan waktu 3 jam kerja adalah 240 jam. Kalimat ini bisa dirumuskan dalam pertidaksamaan matematis menjadi :
Seperti halnya pada kendala yang pertama, maka pada kendala kedua dapat diketahui bahwa total waktu yang diperlukan untuk pengecatan X1 (meja) dimana untuk mengecat satu unit meja diperlukan waktu 2 jam kerja dan untuk pembuatan X2 (kursi) dimana untuk mengecat satu unit kursi dibutuhkan waktu 1 jam kerja adalah 100 jam. Kalimat ini bisa dirumuskan dalam pertidaksamaan matematis menjadi :
Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam Linear Programming adalah asumsi nilai X1 dan X2 tidak negatif. Artinya bahwa :
X1 ≥ 0 (jumlah meja yang diproduksi adalah lebih besar atau sama dengan nol)
X2 ≥ 0 (jumlah kursi yang diproduksi adalah lebih besar atau sama dengan nol)
Dari uraian di atas dapat dirumuskan formulasi permasalahan secara lengkap sebagai berikut:
Fungsi tujuan :
Maksimisasi Z = $7X1 + $5X2.
Fungsi kendala :
4 X1 + 3 X2 ≤ 240 (kendala departemen pembuatan)
2X1 + 1 X2 ≤ 100 (kendala departemen pengecatan)
X1 ≥ 0 (kendala non negatif pertama)
X2 ≥ 0 (kendala non negatif kedua)
PENYELESAIAN LINEAR PROGRAMMING SECARA GRAFIK
Kasus Krisna Furniture tersebut akan kita selesaikan dengan metode grafik. Keterbatasan metode grafik adalah bahwa hanya tersedia dua sumbu ordinat, sehingga tidak bisa digunakan untuk menyelesaikan kasus yang lebih dari dua variabel keputusan.
Langkah pertama dalam penyelesaian dengan metode grafik adalah menggambarkan fungsi kendalanya. Untuk menggambarkan kendala pertama secara grafik, kita harus merubah tanda pertidaksamaan menjadi tanda persamaan seperti berikut.
Kendala ini akan memotong salah satu atau kedua sumbu.
Sebagaimana halnya yang sudah kita pelajari dalam aljabar, bahwa untuk menggambarkan fungsi linear yang tidak lain merupakan garis lurus, maka kita akan mencari titik potong garis tersebut dengan kedua sumbu. Suatu garis akan memotong salah satu sumbu apabila nilai variabel yang lain sama dengan nol. Dengan demikian kendala pertama akan memotong X1, pada saat X2 = 0, demikian juga kendala ini akan memotong X2, pada saat X1 = 0.
Kendala I: 4 X1 + 3 X2 = 240
• Memotong sumbu X1 pada saat X2 = 0
4 X1 + 0 = 240
X1 = 240/4
X1 = 60.
• Memotong sumbu X2 pada saat X1 = 0
0 + 3 X2 = 240
X2 = 240/3
X2 = 80
Kendala I memotong sumbu X1 pada titik (60, 0) dan memotong sumbu X2 pada titik (0, 80).
Kendala II: 2 X1 + 1 X2 = 100
• Memotong sumbu X1 pada saat X2 = 0
2 X1 + 0 = 100
X1 = 100/2
X1 = 50
• Memotong sumbu X2 pada saat X1 = 0
0 + X2 = 100
X2 = 100
Kendala I memotong sumbu X1 pada titik (50,0) dan memotong sumbu X2 pada titik (0,100).
Titik potong kedua kendala bisa dicari dengan cara substitusi atau eliminasi
• 2 X1 + 1 X2 = 100
X2 = 100 - 2 X1
• 4 X1 + 3 X2 = 240
4 X1 + 3 (100 - 2 X1) = 240
4 X1 + 300 - 6 X1 = 240
- 2 X1 = 240 – 300
- 2 X1 = - 60
X1 = -60/-2 = 30
• X2 = 100 - 2 X1
X2 = 100 – (2*30)
X2 = 100 - 60
X2 = 40
Sehingga kedua kendala akan saling berpotongan pada titik (30,40).
Tanda ≤ pada kedua kendala ditunjukkan pada area sebelah kiri dari garis kendala. Sebagaimana nampak pada Peraga 1. 1, feasible region (area layak) meliputi daerah sebelah kiri dari titik A (0; 80), B (30; 40), dan C (60; 0).
Untuk menentukan solusi yang optimal, ada dua cara yang bisa digunakan, yaitu :
1. dengan menggunakan garis profit (iso profit line)
2. dengan titik sudut (corner point)
Penyelesaian dengan menggunakan garis profit adalah penyelesaian dengan menggambarkan fungsi tujuan. Kemudian fungsi tujuan tersebut digeser ke kanan sampai menyinggung titik terjauh dari dari titik nol, tetapi masih berada pada area layak (feasible region). Untuk menggambarkan garis profit, kita mengganti nilai Z dengan sembarang nilai yang mudah dibagi oleh koefisien pada fungsi profit. Pada kasus ini angka yang mudah dibagi angka 7 (koefisien X1) dan 5 (koefisien X2) adalah 35. Sehingga fungsi tujuan menjadi 35 = 7 X1 + 5 X2. Garis ini akan memotong sumbu X1 pada titik (5,0) dan memotong sumbu X2 pada titik (0,7).
Dari Peraga 1. 2 dapat dilihat bahwa iso profit line menyinggung titik B yang merupakan titik terjauh dari titik nol. Titik B ini merupakan titik optimal. Untuk mengetahui berapa nilai X1 dan X2, serta nilai Z pada titik B tersebut, kita mencari titik potong antara kendala I dan kendala II (karena titik B merupakan perpotongan antara kendala I dan kendala II). Dengan menggunakan eliminiasi atau substitusi diperoleh nilai X1 = 30, X2 = 40. dan Z = 410. Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keputusan perusahaan yang akan memberikan profit maksimal adalah memproduksi X1 sebanyak 30 unit, X2 sebanyak 40 unit dan perusahaan akan memperoleh profit sebesar 410.
Peraga 1. 2. Iso profit line
Penyelesaian dengan menggunakan titik sudut (corner point) artinya kita harus mencari nilai tertinggi dari titik-titik yang berada pada area layak (feasible region). Dari peraga 1, dapat dilihat bahwa ada 4 titik yang membatasi area layak, yaitu titik 0 (0,0), A (0,80), B (30,40), dan C (50,0).
Keuntungan pada titik O (0,0) adalah (7 x 0) + (5 x 0) = 0.
Keuntungan pada titik A (0,80) adalah (7 x 0) + (5 x 80) = 400.
Keuntungan pada titik B (30,40) adalah (7 x 30) + (5 x 40) = 410.
Keuntungan pada titik C (50,0) adalah (7 x 50) + (5 x 0) = 350.
2. Fungsi Tujuan Minimisasi
Valentine Meal adalah makanan yang terbuat dari Jagung dan Kacang. Makanan ini memiliki kandungan sekurang-kurangnya 30% Protein dan Serat maksimal 5% sebagaimana tampak pada tabel berikut ini.
Kandungan Gizi Perkilogram
Protein Serat Biaya
Jagung 0.09 0.02 0.30
Kacang 0.60 0.06 0.90
Valentine Meal ingin menentukan biaya terendah dari makanan tersebut. Karena makanan tersebut terbuat dari Jagung dan Kacang, variabel keputusan untuk model tersebut dapat dirumuskan seperti di bawah ini :
J = banyaknya jagung yang digunakan untuk campuran makanan
K= banyaknya kacang yang digunakan untuk campuran makanan
Fungsi tujuan adalah meminimumkan biaya dari campuran makanan, yang dirumuskan seperti di bawah ini :
Minimize Z = 0,3 J + 0,9 K
Kendala dari model mencerminkan jumlah yang diperlukan dan persyaratan kandungan gizi yang diperlukan. Karena Valentine Meal memerlukan 800 kg makanan per hari, kendala tersebut bisa dirumuskan demikian:
J + K ≥ 800
Kandungan protein dalam jagung (J) dan kacang (K) adalah (0,09 J + 0,6 K). Kandungan protein ini sekurang-kurangnya 30% dari campuran makanan. Oleh karena itu persamaannya menjadi demikian
0,09 J + 0,6 K ≥ 0,3 (J + K)
0,09 J + 0,6 K ≥ 0,3 J + 0,3K
(0,3 J - 0,09 J) + (0,3K - 0,6 K) ≤ 0
0,21 J - 0,3 K ≤ 0
Dengan cara yang sama, kendala dari kandungan serat bisa dirumuskan demikian:
0,02 J + 0,06 K ≤ 0,05 (J + K)
0,02 J + 0,06 K ≤ 0,05 J + 0,05 K
(0,05 J - 0,02 J) + (0,05K - 0,06 K) ≥ 0
0,03 J – 0,01 K ≥ 0
Dari uraian di atas dapat dirumuskan formulasi permasalahan secara lengkap sebagai berikut:
• Fungsi tujuan
Minimize Z = 0,3 J + 0,9 K
• Fungsi kendala :
J + K ≥ 800 (kendala kebutuhan makanan per hari)
0,21 J - 0,3 K ≤ 0 (kendala kandungan protein)
0,03 J – 0,01 K ≥ 0 (kendala kandungan serat)
J ≥ 0 (kendala non negatif pertama)
K ≥ 0 (kendala non negatif kedua)
Langkah pertama untuk menyelesaikan kasus Valentine Meal adalah dengan menggambarkan fungsi kendala sebagaimana tampak pada Peraga 1.3.
Peraga 1. 3. Grafik Valentine Meal
Titik potong ketiga kendala bisa dicari dengan cara substitusi atau eliminasi.
Titik potong kendala 1 (Protein: 0.21 J – 0.3 K ≤ 0) dan 3 (Kebutuhan per hari: 1 Jagung + 1 Kacang ≥ 800)
0.21 J - 0.3 K = 0
0.21J = 0.3 K
J = (0.3/ 0.21) K
J + K = 800
(0.3 / 0.21) K + K = 800
2,43 K = 800
K = 800/2,43
K = 329,22 dibulatkan menjadi 329.
J + 329,22 = 800
J = 470,78 dibulatkan menjadi 471.
Jadi, titik potong kendala 1 (Protein: 0.21 J – 0.3 K ≤ 0) dan 3 (Kebutuhan per hari: 1 Jagung + 1 Kacang ≥ 800) terletak pada titik B (471, 329).
Titik potong kendala 2 (Serat: 0.03 J – 0.01 K ≥ 0) dan kendala 3 (Kebutuhan per hari: 1 J + 1 K ≥ 800)
0.03 J – 0.01 K = 0
0.03 J = 0.01 K
J = (0.01/ 0.03) K
J = 0.33 K
J + K = 800
0.33 K + K = 800
1.33 K = 800
K = 800 / 1.33
K = 600
J + 600 = 800
J = 200
Jadi titik potong kendala 2 (Serat: 0.03 J – 0.01 K ≥ 0) dan kendala 3 (Kebutuhan per hari: 1 J + 1 K ≥ 800) terletak pada titik B (200, 600).
Tanda ≥ pada kendala Serat dan Kebutuhan per hari ditunjukkan pada area sebelah kanan dari garis kendala. Sebagaimana nampak pada Peraga 1.3, feasible region (area layak) meliputi daerah sebelah kanan dari titik A (200; 600), B (471; 329), atau di sebelah kanan kendala II dan III serta di sebelah kiri kendala I.
Untuk menentukan solusi yang optimal, ada dua cara yang bisa digunakan yaitu
1. dengan menggunakan garis biaya (iso cost line)
2. dengan titik sudut (corner point)
Penyelesaian dengan menggunakan isocost line adalah penyelesaian dengan menggambarkan fungsi tujuan. Kemudian fungsi tujuan tersebut digeser ke kiri sampai menyinggung titik terdekat dari titik nol, tetapi masih berada pada area layak (feasible region). Untuk menggambarkan garis isocost, kita mengganti nilai Z dengan sembarang nilai yang mudah dibagi oleh koefisien pada fungsi biaya. Pada kasus ini angka yang mudah dibagi angka 0.3 (koefisien J) dan 0.9 (koefisien K) adalah 270. Sehingga fungsi tujuan menjadi 270= 0.3 J + 0.9 K. Garis ini akan memotong sumbu J pada titik (900, 0) dan memotong sumbu K pada titik (0, 300).
E. CONTOH PERUSAHAAN
Pengendalian Biaya Operasi di Kellog’s
Kellog merupakan produsen sereal terbesar di dunia dan juga merupakan produsen utama makanan pelengkap dengan penjualan keseluruh dunia mencapai $7 triliun. Perusahaan ini mulai dengan memproduksi Corn Flakes Kellog’s pada tahun 1906 dan selama bertahun-tahun mengembangkan lini produksi lainnya termasuk Rice Krispies dan Corn Pops, dan makanan pelengkap seperti Pop-Tarts dan Nutri Grain sereal batangan. Kellog’s menjalankan 5 pabrik di Amerika dan Kanada serta 7 pusat distribusi, dan memiliki perjanjian dengan 15 perusahaan untuk mengemas atau memproduksi sebagian dari produk Kellog’s. Kellog’s harus mengkoordinasikan proses produksi, pengemasan, persediaan, dan distribusi untuk hampir 80 produk sereal pada berbagai fasilitas ini.
Selama lebih dari satu decade, Kellog’s telah menggunakan model program linear berskala besar yang dinamakan Kellog Planning System (KPS) untuk merencanakan keputusan produksi, persediaan, dan distribusi mingguannya. Variable keputusan dalam model mencakup jumlah tiap unit produk mencakup jumlah tiap unit produk yg dikemas, batasan pengimbang untuk memastikan bahwa semua produk yang diproduksi juga akan dikemas selama seminngu tersebut,batasan persediaan, dan persyaratan persediaan di tingkat yg aman. Tujuan model adalah minimisasi biaya. Kellogg’s juga telah mengembangkan versi taktis dari model linear program operasional dasar ini untuk perencanaan jangka panjang yaitu 12 sampai 24 bulan ke depan. Model KPS ini membuat Kellog’s dapat menghemat $ 4,5 juta melalui pengurangan biaya produksi, persediaan dan distribusi pada tahun 1995, dan diperkirakan KPS telah menghemat beberapa juga dolar lagi sejak pertengahan 1990. Versi taktis dari KPS saat ini membantu perusahaan mengkonsolidasi kapasitas produksi dengan perkiraan penghematan hamper sebesar $ 40 juta.
Sumber: G. Brown, J. Keegan, b. Vigus, and K. Wood, “The Kellogg Company optimize Production, Inventory, and Distribution,” Interface 31, No. 6 (November-Desember 2001): 1-15.
BAB III
KESIMPULAN
• Program linear adalah suatu cara matematis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengalokasian sumberdaya yang terbatas untuk mencapai optimasi, yaitu memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan yang bergabung pada sejumlah variabel input.
• Yang termasuk dalam komponen model program linear adalah variable keputusan, fungsi tujuan, dan batasan model.
• Asumsi-asumsi dasar dalam program linear adalah :
a) Sifat linearitas suatu kasus dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa cara. Secara statistik, cara ini dapat diperiksa kelinearan menggunakan grafik (diagram pencar).
b) Sifat proporsional dipenuhi jika kontribusi setiap variabel pada fungsi tujuan atau penggunaan sumber daya yang membatasi proporsional terhadap level nilai variabel. Jika harga per unit produk misalnya adalah sama berapapun jumlah yang dibeli, maka sifat proporsional dipenuhi. Atau dengan kata lain, jika pembelian dalam jumlah besar mendapatkan diskon, maka sifat proporsional tidak dipenuhi. Jika penggunaan sumber daya per unitnya tergantung dari jumlah yang diproduksi, maka sifat proporsionalitas tidak dipenuhi.
c) Sifat aditivitas mengasumsikan bahwa tidak ada bentuk perkalian silang di antara berbagai aktivitas, sehingga tidak akan ditemukan bentuk perkalian silang pada model. Sifat aditivitas berlaku baik bagi fungsi tujuan maupun pembatas (kendala). Sifat aditivitas dipenuhi jika fungsi tujuan merupakan penambahan langsung kontribusi masing-masing variabel keputusan.
d) Sifat divisibilitas berarti unit aktivitas dapat dibagi ke dalam sembarang level fraksional, sehingga nilai variabel keputusan non integer dimungkinkan.
e) Sifat kepastian menunjukkan bahwa semua parameter model berupa konstan. Artinya koefisien fungsi tujuan maupun fungsi pembatas merupakan suatu nilai pasti, bukan merupakan nilai dengan peluang tertentu.
• Terdapat dua fungsi dalam program linear metode grafik, yaitu fungsi maksimisasi dan fungsi minimisasi. Fungsi maksimisasi lebih menekankan kepada berapa banyak produk yang harus dihasilkan untuk mencapai laba maksimal. Sedangkan, untuk fungsi minimisasi lebih menekankan kepada minimalisasi biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Siringoringo, Hotniar. Seri Teknik Riset Operasional. Pemrograman Linear. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2005.
Non-Buku :
http://e-je.blogspot.com/2009/02/program-linier.html (Diakses pada tanggal 2 April 2011)
http://eprints.undip.ac.id/5784/1/PEMROGRAMAN_LINEAR_-_ATIK_MAWARNI.pdf (Diakses pada tanggal 3 April 2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemrograman_linear (Diakses pada tanggal 2 April 2011)
http://ko2smath06.wordpress.com/2011/03/11/pemrograman-linear/ (Diakses pada tanggal 2 April 2011)
http://mm.ustjogja.ac.id/download/HANDOUT2.ppt (Diakses pada tanggal 3 April 2011)
http://niiqziie.blogspot.com/2011/02/linear-programming.html (Diakses pada tanggal 3 april 2011)
http://parjono.wordpress.com/2007/09/04/rumus-matematika-program-linear/ (Diakses pada tanggal 2 April 2011)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14095/1/10E00234.pdf (Diakses pada tanggal 2 April 2011)
http://rosihan.lecture.ub.ac.id/files/2009/07/risetoperasi-2-linear-programming-metode-grafik.ppt (Diakses pada tanggal 2 April 2011)
http://www.belajar-matematika.com/ringkasan_SMA/BAB%20XVII%20Program%20Linear.pdf (Diakses pada tanggal 3 April 2011)
http://www.aguschandra.com/search/tujuan-pemanfaatan-program-linear/ (Diakses pada tanggal 2 April 2011)
http://yayan-industri.blogspot.com/2009/12/pemrograman-linier.html (Diakses pada tanggal 2 April 2011)
SISTEM INFORMASI RENTAL PERSEWAANVCD & DVD "VIDEO EZY"
Latar Belakang
Berkembangnya teknologi informasi di Indonesia menuntut semua bidang usaha untuk menggunakan teknologi semaksimal mungkin untuk dapat meningkatkan kinerja di bidang pelayanan. Begitu juga dengan tempat penyewaan VCD dan DVD “Video Ezy”. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kebutuhan akan pentingnya informasi membuat tempat penyewaan VCD dan DVD menggunakan sistem informasi yang sudah cukup baik.
Kelemahan yang ditimbulkan dengan tidak adanya proses komputerisasi sangatlah banyak. Mulai dari pndaftaran, kita bisa lihat, dengan tidak adanya database pelanggan kasir akan menulis ID customer yang cukup banyak. Apalagi bila ID customer ada yang hilang, maka kasir harus membuat lagi ID yang baru. Tak hanya itu, dengan tidak adanya komputerisasi, kasir akan kesulitan bila mencari nomor ID customer. Dan kasir juga dapat melakukan kesalahan dalam pemberian nomor ID customer yang sama.
Kelemahan yang lain bisa kita lihat dari proses transaksi peminjaman. Dengan tidak adanya proses komputerisasi, customer akan kesulitan dalam pencarian koleksi. Bila tidak adanya proses komputerisasi, customer harus mencari letak koleksi yang dia inginkan. Dan customer tidak akan tahu apakah koleksi yang ia ingin pinjam masih ada stok-nya atau sudah habis terpinjam. Dan bila ada informasi tentang buku baru, customer tidak perlu mencarinya sendiri cukup melihat pada database koleksi yang telah disiapkan.
Tak hanya itu kita bisa lihat dari segi pengembalian. Proses komputerisasi memiliki dampak yang cukup besar. Kasir akan mudah dalam mencari koleksi apa saja yang belum dikembalikan oleh customer. Dan kasir akan mudah dalam perhitungan denda yang diakibatkan pengembalian koleksi yang terlambat. Jadi, dengan proses komputerisasi, kasir yang bertugas tidak merasa direpotkan dalam pengecekan koleksi yang terpinjam. Dan kasir pun tidak perlu repot-repot dalam memberikan informasi, apakah koleksi yang dicari masih dipinjam customer lain atau stok masih ada.
Dari segi pengadaan barang pun sistem komputerisasi sangatlah membantu dalam meringankan beban. Dari sistem komputerisasi kasir dapat melihat stok apa saja yang hilang karena tidak dikembalikan customer. Dan dengan adanya sistem komputerisasi kasir pun dapat membuat laporan kepada pemilik tentang laporan pemasukan dan pengeluaran dengan sangat mudah. Dan kasir dapat melihat koleksi apa saja yang perlu ditambah. Dan dengan proses komputerisasi kasir pun dapat melihat film-film terbaru dari supplier. Jadi proses pengadaan barang pun jadi sangat mudah.
Banyak sekali dampak yang dapat ditimbulkan dari proses manual. Proses komputerisasi sangatlah meringankan beban, tidak hanya dari customer, namun kasir, supplier maupun pemilik pun sangatlah diuntungkan. Oleh sebab itu, saat ini proses komputerisasi sangatlah diinginkan.
Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang yang ada dapat kami rumuskan perumusan masalah, yaitu apa saja sistem yang terjadi disini dan bagaimana sistem tersebut berjalan. Rental ini membutuhkan sistem baru untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada customer yang membutuhkan informasi mengenai peminjaman dan koleksi yang akan dipinjam.
Batasan Masalah
Dari latar belakang yang ada, sistem informasi ini memiliki batasan masalah sebagai berikut : Pencatatan transaksi pendaftaran, peminjaman, pengembalian dan pengadaan koleksi, serta pembuatan laporan.
Tujuan
Adapun tujuan dari menganalisis dan mengembangkan sistem ini adalah:
i. Untuk dapat mengetahui alur proses pendaftaran, peminjaman, pengembalian, pengadaan koleksi, untuk mengetahui database apa saja yang ada dan untuk mengembangkan alur proses yang ada guna mempersingkat waktu dan mempermudah peminjaman yaitu dengan adanya katalog dimana katalog ini mampu membantu customer untuk mencari koleksi yang diinginkan apabila tidak berhasil menemukan dalam pencarian manual (di rak).
ii. Membantu kasir dalam memerikasa apakah buku yang dipinjam telah dikembalikan.
iii. Membantu kasir dalam penghitungan denda dari customer
iv. Membantu kasir dalam pencarian ID customer apabila kartu member hilang dan membantu kasir dalam memperkecil kesalahan dalam penomoran yang sama dalam kartu member.
v. Membantu kasir dalam pembuatan laporan pemasukan dan pengeluaran.
vi. Membantu kasir dalam memilih koleksi apa saja yang terbaru.
vii. Pengontrolan dari pemilik terhadap rentalnya pun dapat dilihat dari sistem komputerisasinya saja tanpa harus turun tangan langsung ke rental.
Prosedur Penyewaan :
Penyewa harus membuat kartu membership untuk dapat menyewa dvd/vcd. Caranya adalah membawa fotocopy identitas diri ke outlet rental VIDEO EZY untuk mendaftarkan diri.
Untuk mendaftarkan diri menjadi member, calon penyewa tidak ditarik biaya oleh rental VIDEO EZY. Setelah terdaftar menjadi member, penyewa dapat langsung menyewa dvd/vcd di rental VIDEO EZY.
Prosedur-prosedur dalam transaksi penyewaan VCD dan DVD
Customer datang
Customer menyerahkan ID card ke petugas
Petugas menerima ID card customer
Petugas menginputkan data customer berdasarkan ID card dan kode barcode pada kartu ke dalam komputer
Komputer membuat member baru dan menyimpannya di dalam database Pelanggan
Petugas mendapatkan kartu member berbarcode
Kasir menyerahkan kartu member berbarcode dan ID card ke customer
Customer mendapatkan kartu member berbarcode dan ID card-nya
Customer memilih akan meminjam atau tidak
Jika customer akan melakukan peminjaman, lanjut ke transaksi peminjaman
Jika tidak, customer pulang
Kasir mencetak laporan dari database Pelanggan
Keluar laporan data pelanggan
Kasir menyerahkan laporan data pelanggan ke pemilik
Customer datang
Customer memilih koleksi yang diinginkan pada rak secara manual
Jika koleksi ada,
customer menyerahkan koleksi dan nomor member ke petugas.
Petugas akan mengecek nomor member dan data koleksi pada database koleksi dan database pelanggan.
Komputer menampilkan data member di layar.
Komputer melakukan proses transaksi dan menyimpannya ke database transaksi.
Komputer menghitung biaya peminjaman.
Customer menyiapkan data pembayaran dan menyerahkan ke petugas.
Petugas mendapatkan data pembayaran
Petugas menginputkan pembayaran ke dalam komputer.
Komputer menyimpan pembayaran ke database transaksi dan mencetak struk.
Keluar struk.
Petugas menyerahkan struk dan koleksi pinjaman ke customer.
Customer mendapatkan struk dan koleksi pinjaman.
Customer pulang.
Jika koleksi tidak ada,
Customer mencari koleksi melalui katalog
Customer menscan barcode pada kartu member
Komputer mengecek pada database Pelanggan
1. Keluar laporan data pelanggan
2. Kasir menyerahkan laporan data pelanggan ke pemilik
3. Customer datang
4. Customer memilih koleksi yang diinginkan pada rak secara manual
Jika koleksi ada,
- customer menyerahkan koleksi dan nomor member ke petugas.
- Petugas akan mengecek nomor member dan data koleksi pada database koleksi dan database pelanggan.
- Komputer menampilkan data member di layar.
- Komputer melakukan proses transaksi dan menyimpannya ke database transaksi.
- Komputer menghitung biaya peminjaman.
- Customer menyiapkan data pembayaran dan menyerahkan ke petugas.
- Petugas mendapatkan data pembayaran
- Petugas menginputkan pembayaran ke dalam komputer.
- Komputer menyimpan pembayaran ke database transaksi dan mencetak struk.
- Keluar struk.
- Petugas menyerahkan struk dan koleksi pinjaman ke customer.
- Customer mendapatkan struk dan koleksi pinjaman.
- Customer pulang.
Jika koleksi tidak ada,
- Customer mencari koleksi melalui katalog
- Customer menscan barcode pada kartu member
- Komputer mengecek pada database pelanggan
- Menu katalog tampil di layar
- Customer menginputkan data koleksi yang diinginkan
- Komputer mengecek data koleksi pada database koleksi
- Data koleksi tampil di layar
Jika koleksi didapat,
o Customer menyerahkan data koleksi dan kartu member berbarcode ke petugas
o Petugas mendapatkan data koleksi dan kartu member berbarcode
o Petugas akan menscan barcode pada kartu
o Petugas akan mengecek nomor member dan data koleksi pada database koleksi dan database pelanggan.
o Komputer menampilkan data member di layar.
o Komputer melakukan proses transaksi dan menyimpannya ke database transaksi.
o Komputer menghitung biaya peminjaman.
o Customer menyiapkan data pembayaran dan menyerahkan ke petugas.
o Petugas mendapatkan data pembayaran
o Petugas menginputkan pembayaran ke dalam komputer.
o Komputer menyimpan pembayaran ke database transaksi dan mencetak struk.
o Keluar struk.
o Petugas menyerahkan struk dan koleksi pinjaman ke customer.
o Customer mendapatkan struk dan koleksi pinjaman.
o Customer pulang.
5. Petugas membuat laporan berdasarkan database transaksi
6. Keluar laporan
7. Petugas menyerahkan laporan ke pemilik
8. Customer datang
9. Customer menyerahkan koleksi pinjaman dan kartu member berbarcode ke petugas
10. Petugas menerima koleksi pinjaman dan kartu member berbarcode
11. Petugas memeriksa koleksi
Jika ada kerusakan,
- koleksi dianggap hilang dan customer terkena denda
- komputer akan menghitung denda dan menampilkan di layar.
- customer membayar denda ke petugas.
- Petugas mendapatkan data pembayaran.
- Petugas menginputkan pembayaran denda ke komputer dan komputer menyimpan transaksi ke database transaksi dan database pelanggan.
- Petugas menanyakan apakah customer akan meminjam lagi atau tidak
Jika meminjam, lanjut ke transaksi peminjaman
Jika tidak meminjam, customer pulang
Jika tidak ada kerusakan, ke proses selanjutnya
12. Petugas menginputkan nomor member
13. Komputer akan melakukan pengecekan ke database pelanggan
14. Komputer akan menampilkan data pelanggan
Jika ada denda,
- komputer akan menghitung denda dan menampilkan di layar.
- customer membayar denda ke petugas.
- Petugas menginputkan pembayaran denda ke komputer dan komputer menyimpan transaksi peminjaman ke database transaksi dan database pelanggan.
Jika tidak ada denda,
- petugas akan bertanya kepada customer apakah akan meminjam atau tidak.
Jika meminjam, lanjut ke proses peminjaman
Jika tidak, customer pulang
15. Petugas mencetak laporan dari database transaksi
16. Keluar laporan
17. Petugas menyerahkan laporan ke pemilik
18. Supplier menyerahkan list koleksi terbaru ke pemilik
19. Pemilik mendapatkan list koleksi terbaru
20. Pemilik memesan koleksi terbaru
21. Pemilik menyerahkan order koleksi ke supplier
22. Supplier mendapatkan order koleksi
23. Supplier menyiapkan pesanan
24. Supplier menyerahkan koleksi pesanan ke pemilik untuk diperiksa
25. Pemilik memeriksa koleksi pesanan
Jika keadaan bagus
- Komputer supplier akan menghitung biaya
- Biaya tampil di layar
- Pemilik menyiapkan data pembayaran
- Pemilik menyerahkan data pembayaran ke supplier
- Supplier mendapatkan data pembayaran
- Komputer mencetak struk
- Keluar struk
- Supplier menyerahkan struk dan koleksi pesanan ke pemilik
- Pemilik pulang
Jika keadaan tidak bagus,
- Pemilik menyerahkan koleksi pesanan ke supplier
- Supplier mendapatkan koleksi pesanan
- Pemilik pulang
26. Pemilik menyerahkan koleksi terbaru ke petugas
27. Petugas mendapatkan koleksi terbaru
28. Petugas menginputkan data koleksi terbaru ke komputer
29. Komputer menyimpan data koleksi terbaru ke database koleksi
30. Petugas mengatur koleksi pada rak koleksi terbaru
Selesai
Personil :
Adapun personil yang terlibat dalam sistem informasi persewaan rental dvd/vcd VIDEO EZY adalah :
-Penjaga rental
-Security
-Penyewa
-Pemilik rental
-Distributor dvd/vcd
Peralatan :
-Komputer
-Printer
-DVD Player
-Poster
-Rak Penyimpanan
-Telepon / Fax
Sistem Komputer :
Sistem yang digunakan adalah software aplikasi rahasia berlisensi dari sebuah perusahaan komputer dari Australia.
Langganan:
Postingan (Atom)